Showing posts with label tarawih. Show all posts
Showing posts with label tarawih. Show all posts

Saturday 15 September 2012

Forum #2: Tarawih Ramadhan


Ini malam pertamaku berniat shalat tarawih ramadhan 1433H di mesjid dekat rumah. Sengaja kupilih mesjid dekat rumah, karena Ramadhan sebelumnya, tarling- tarawih keliling; dua pertiga Ramadhan di masjid kampus Salman, Institut Teknologi Bandung yang sangat kurindukan, karena sejak masa remajaku, masa SMAku dan kuliahku dulu, tempat ini merupakan pusat kegiatanku untuk membina silaturahim serta berbagi ilmu dan pengalaman dengan sesama aktivis mahasiswa dari berbagai universitas dan berbagai bidang keilmuan, dalam wadah KARISMA-Keluarga Remaja Islam Masjid Salman ITB , yaitu di sekitar tahun 1985an, di mana masa jaya-jayanya KARISMA sangat terasa, membahana sampai ke seluruh penjuru nusantara, bahkan sampai ke beberapa negara tetangga seperti Malaysia. Dan tanpa terasa kegiatanku di sana sampai juga pada keorganisasian DPP Dewan Pembina Pembina, yang merupakan motornya segala arahan dan pembinaan semua Pembina Karisma yang ada pada saat itu.

Kerinduanku untuk kembali tarawih di sana sangat menggelitik, sekaligus juga terdukung oleh diterimanya putera pertamaku di Arsitektur ITB, yang pada saat itu berkesempatan menjadi panitia Ramadhan di mesjid tersebut.

Menimba ilmu dari sejumlah pakar: akademisi, politisi, ulama, menteri, maupun pejabat pemerintah, dan lain lain,sangatlah memberikan arti yang sangat luarbiasa terhadap perjalanan ruhaniyahku, insya ALLAH.
Untuk sepertiga Ramadhan nya lagi, kami lanjutkan di Mesjid Pusdai (Pusat Dakwah Islam). Terhanyut hati, rasa dan sekujur tubuh, merasakan khidmatnya iktikaf sampai hari menjelang malam takbiran. Itu tarawihku Ramadhan tahun lalu.

Tarawih dekat rumah ternyata memberikan arti lain bagi tali silaturrahimku dengan semua tetangga teman-teman pengajian yang sangat kucintai yang sudah lama juga tidak kusempatkan untuk silaturahim. Ternyata, luapan kebahagiaan silaturrahim dari tetangga sebelah rumah, serta mahasiswi yang telah begitu sangat kangen ingin saling bertemu, begitu terasa, tersadar diri, karena ternyata selama ini, aku terlalu disibukkan oleh rutinitas pekerjaan, yang cukup menyita waktu, dengan hari hari P4 ku, pergi pagi dan pulang petang.
Sambil menunggu shalat Isya, di sebelahku duduk salah seorang tetangga terbaikku, dan menyampaikan kisah sedihnya, bahwa adiknya terpaksa harus tidak lagi tinggal bersama suaminya, karena suaminya tiba-tiba pergi, setelah mengganggur cukup lama, dan mengandalkan semua kebutuhan keluarganya dari ibu mertuanya.

Kasus 2:
Tersentak, trenyuh sekaligus terharu sekali mendengarnya, di saat bulan penuh keberkahan, nun di sudut sana seorang isteri ditemani beberapa anaknya yang masih sangat kecil harus merasakan kepiluan yang mendalam karena kehilangan suami dan ayah tercintanya. Dan di sudut ruang yang lain, seorang suami yang seharusnya merasakan kedamaian Ramadhan di tengah keluarga tercintanya, ternyata harus menghabiskan ramadhan sendirian. Inilah kasus ke dua yang selanjutnya ingin aku sampaikan di forumku setelah kasus pertama diluncurkan beberapa waktu lalu, dalam bingkai wanita idaman lain.

Setelah wanita idaman lain, kehilangan pekerjaan juga merupakan pemicu bagi perpecahan suatu keluarga.
Dalam hal ini, terasa sulit untuk mengetahui siapa yang salah dan yang harus dipersalahkan. Namun, kenyataannya, sudah sangat banyak kejadiannya di depan mata, karena pengangguran pun terjadi di mana-mana.

Dari segi kepentingan pun, terasa sulit untuk dijadikan prioritas penyelesaian, karena semua fihak perlu penanganan tepat dalam waktu yang sangat cepat pula, karena kalau tidak difahami dan diselesaikan akar permasalahannya, akan berlarut dan menyeruakkan prahara yang semakin menganga.

Ada beberapa fihak yang harus saling memahami dan selalu saling bertenggang satu sama lain, agar kebahagian mutiara hati, putera puteri tercinta tidak ternodai dan tercerabut begitu saja, serta upaya sadar lainnya, agar tidak sampai menenggelamkan bahtera pernikahan yang sudah hampir kandas, akibat keputusan orang dewasa sekitar yang kurang tepat dan kurang bertanggungjawab:

Fihak suami
Kehilangan pekerjaan bagi seorang penanggung nafkah keluarga, yang secara sosialnya terwakili oleh kaum pria, dan secara faktualnya ternyata sangat banyak juga kaum hawa yang karena tuntutan kebutuhan yang ada, harus membanting tulang menafkahi keluarganya, adalah merupakan pemicu stress yang paling tinggi, di atas stress yang dialami karenan perceraian.

Bisa difahami, secara psikologis, karena bagi anak-anak kebahagiaan terletak pada bermain dengan sebayanya, dan tentunya bagi orang dewasa berkarya, atau bekerja bersama koleganya. Kehilangan pekerjaan, berarti kehilangan mata pencaharian, kehilangan pride, apalagi terkadang semakin diperparah dengan permintaan perceraian dari pasangan yang dicintainya, lengkaplah pemicu stress tertinggi serta kedua tertinggi sekaligus dalam waktu yang hampir bersamaan teralami dan meporakporandakan sekaligus mengkandaskan seluruh harapan dan kebahagiaanya.

Fihak isteri
Memang tidak mudah menerima kenyataan bahwa suami tercinta harus kehilangan pekerjaan. Selain harus mengatur urusan rumah tangga yang tentunya tidak mudah dan murah, harus juga memahami psikologis suami yang mulai berubah, menjadi temperamental dan kekanak-kanakan. Ekstra shabar dan penuh kasih terhadap suami dan anak-anak tercinta, tetap harus menjadi kunci agar tidak semakin menambah prahara bagi berbagai fihak.

Berusaha hidup hemat, berfikir melakukan sesuatu yang dapat membantu keuangan keluarga, dengan tentunya berbicara langsung dengan keluarga terdekat. Biasanya, mereka lebih mengetahui kelebihan kita, sehingga memperoleh dukungan modal maupun moral bagi keinginan kita untuk membantu ekonomi keluarga.

Berbicara dengan fihak sekolah tempat putera puteri kita belajar, keterbukaan ini diharapkan bisa mempertahankan prestasi maupun keberlangsungan pembelajaran putra/i kita di sekolah. Dengan upaya pendekatan tersebut, biasanya tersedia beasiswa ataupun bantuan lainnya, sehingga putera/I kita tidak harus kena dampak harus putus sekolah.

Hadapi semua permasalahan dengan tenang , berfikir positif dan bersikaplah optimis, bahwa ALLAH Maha Pemberi Rizki, kepada siapapun hambaNYA, dengan banyak berdo’a dan berikhtiar. Pengalaman Siti Hajar ketika ditinggalkan di padang sahara tanpa air tanpa makanan bisa menjadi inspirasi kita untuk kuat dan mau berbuat dan berikhtiar mencari rizki guna mempertahankan keberlangsungan hidup putera/i tercinta.

Jangan pernah mengalah dan memperparah keadaan dengan meminta mengakhiri pernikahan itu sendiri, karena belum tentu kehidupan yang lebih baik yang akan dihadapi, selama suami selama ini beriman dan berprilaku baik; tetap berusahalah untuk memahami kondisi psikologisnya yang lagi terluka, semoga suami tercinta cepat pulih dan memiliki energi untuk melanjutkan kehidupannya dengan normal, dan mau berbuat sesuatu lagi untuk keberlangsungan kebahagiaan keluarga. Dukungan dan uluran kasih sayang anda yang tulus, sangat dia nantikan tentunya.

Fihak orang tua suami/istri
Ketulusan dalam memberikan dukungan baik modal maupun moral sangatlah penting, karena kalau disertai ada, kebalikannyalah yang akan dirasakan putera/i kita.

Banyak suami akhirnya memilih menceraikan putri kita bukan karena sudah tidak sayang lagi, dan tidak merasa berat berpisah dengan anak-anaknya, tetapi kebanyakan sudah lelah dan tidak dapat lagi mentolerir perkataan yang terus menerus terhadap semua kebaikan selama ini, yang akhirnya merontokkan harga dirinya sebagai suami.

Semoga, semua fihak bisa saling memahami, sehingga ujian ini cepat selesai, dan semuanya menikmati manis dari buah kesabarannya, amien…

(1st Launched @wordpressdated August 29,2012)