Pertanyaan:
Assalamu’alaikum wRwB
Bu Nur, apa kabar? Hai, saya mau tanya nih. Menurut ajaran Islam apa yang harus dilakukan wanita muslimah, jika suami mulai tertarik pada wanita lain.
Terima kasih
(diterima via sms, hari Selasa, 5 Juni 2012, dengan permohonan ma’af yang sebesar-besarnya, pertanyaannya di share, semoga bermanfa’at, karena mewakili suara kebanyakan kaum Hawa)
Jawaban:
Wa’alaikumussalam wRwB
Kalau dari sudut Islam itu sudah jelas ya, kenapa dibukakan jalan untuk poligami, karena ALLAH Maha Tahu hambaNYA yang berjenis kelamin lelaki itu memang selalu ada kecenderungan ke arah sana ya, tapi juga ternyata persyaratannya tentunya tidaklah mudah karena harus adil, dan juga berat dihadapan ALLAH di saat tidak bisa melaksanakannya dengan baik.
Itu teorinya, namun ketika ternyata rumah tangga kita sendiri yang dihadapkan kepada permasalahan tersebut di atas, akanlah terasa berat sekali, dan agak sulit menerima kenyataan tersebut, tapi juga harus berfikir jernih dan taktis agar permasalahan tersebut tidak berlarut larut merontokkan kinerja bahkan jiwa kita, karena amanah sebagai istri dan ibu yang juga sekaligus karir tentunya juga telah sangat menyita waktu.
Menurut pemahaman pribadiku, ada beberapa hal yang harus dilakukan:
Cooling Down
Ketika kita sebagai istri mengetahui bahwa suami tercinta kita ternyata menyukai wanita lain, mungkin hal yang paling pertama dilakukan adalah: penenangan diri, dan jangan emosi yang dikedepankan, karena akan mengakibatkan saling diam yang berlarut cold war yang akan menghambat ke proses selanjutnya, yaitu tidak akan tercapainya komunikasi yang sehat.
Communication
Setelah hati tenang barulah kita bisa berkomunikasi dengan baik dan dengan kepala dingin, dan siap dengan proses selanjutnya yaitu klarifikasi tabayyun, dan meletakkan akar permasalahannya, barangkali saja itu hanya isu yang sengaja dikembangkan oleh orang yang kurang suka dengan keharmonisan keluarga kita, atau sudah jelas di depan mata kita dan mendengar sendiri pengakuan dari suami bahwa, iya dia sedang mencintai wanita lain. Untuk kasus yang terakhir bisa kita selanjutnya berdialog dan meminta alasan mengapa suami menyukainya, dan harus siap mendengarkannya, terkadang hadirnya orang ke3 dapat juga berdampak positip, yaitu semakin mempererat hubungan suatu keluarga utuh (seperti yang sering dibicarakan SELINGKUH SELINGan Keluarga UtuH), dan terkadang hanya strategi suami saja agar lebih diperhatikan, karena sejalan dengan usia perjalanan pernikahan, biasanya isteripun terjebak dengan rutinitas di rumah atau di tempat bekerja, sehingga perhatian terhadap pasangan pun tanpa kita sadari semakin memudar, agak kontroversial memang, karena dalam Islam tidak mengenal konsep Infidelity (perselingkuhan), karena dalam Islam, baru melihat nya pun sudah merupakan perjinahan mata, apalagi sudah ke fisik lainnya, dan tentunya haruslah ke dua belah fihak merasa takut sama ALLAH, karena itu bisa dikategorikan sebagai perjinahan ghoiru muhshonat yang sangat keras hukumannya, yaitu didera ke2nya sampai meninggal, namun belakangan ini dianggap sebagai perselingkuhan yang sangat aman, karena berlindung di balik kesucian institusi pernikahan, naudzu bILLAHi min dzalik…
Reflection
Saatnya kita merenung dan merefleksikan diri di wilayah mana sesungguhnya perbaikan itu harus segera dilakukan:
Kasus 1:
Kalau suami kita selama perjalanan pernikahan menurut penilaian kita sebagai isteri, sangat memahami dan mendalami agama dengan baik, sangat baik perilakunya: perhatian, pekerja keras, sudah sangat melindungi dan mencukupi kebutuhan keluarga dengan baik, lantas pertanyaannya: bagaimana dengan kita sendiri, apakah sudah berupaya yang sama? Karena pada hakekatnya, selama perjalanan pernikahan, kita harus tetap menyelaraskan diri juga untuk tetap menjaga agar semua kualitas baik itupun kita tetap jaga.
Hindari terlalu berprasangka, tapi tumbuhkan kepercayaan penuh trust, karena kepercayaan itu selain merupakan do’a isteri agar suami tetap berada di jalanNYA, kitapun aman dengan kepercayaan kita, bahwa keimanan suami pun juga akan menjaga diri suami dari perlakuan yang tidak baik tersebut.
Kita bahas 1 kasus saja dulu ya, karena melalui refleksi tadi, baru kita tahu di posisi mana? Orang lain mungkin hanya akan mengurangi beban saja dengan mendengarkan, tapi sesungguhnya yang mengetahui dan merasakan dan sekaligus memilih mana yang terbaik itu adalah hak perogatif masing masing individu, namun sesungguhnya mohon bimbingan teruslah hanya pada ALLAH semata, karena BELIAU lah yang Maha Tahu atas segala sesuatunya termasuk yang terbaik bagi hambaNYA, dan semoga ikhlas dalam menerima keputusanNYA, karena pada hakikatnya JODOH (perjodohan dengan siapa kita menikah, apakah berakhir dengan perceraian mati atau hidup, atau harus melalui poligami?), PATI (kematian) BAGJA (kebahagiaan), CILAKA (Mushibah), semua ada dalam genggamanNYA…
Sekarang hati kita lagi terusik dan sakit, tapi apabila kita simak ke5 pengobat hati: (1) Membaca sebanyak-banyak Ayat-ayat Al Qur’an dan maknanya, karena pada dasarnya semua permasalahan kehidupan kita sudah tercatat penyelesaian di dalamnya, semoga kita senantiasa diberi jalan yang terbaik dalam menyelesaikan setiap permasalahan kehidupan kita, amien. (2) Mendirikan Shalat malam, curahkanlah semua keluh kesah resah gundah kita hanya pada NYA, dan semoga kita pun terangkat menjadi Hamba PilihanNYA yang diberi hati yang bijak dan perkataan yang berwibawa, Amien. (3) Bergaulah senantiasa dengan sebanyak-banyaknya orang shalih dan shalihah di sekitar kita, karena dengan merekalah hati kita akan merasa nyaman dan terlindungi karena nasihat2nya, baik tentang kebaikan maupun keshabaran, dan bukanlah dengan orang-orang yang tidak beriman, karena boleh jadi nasihatnya pun akan mendurhakaiNYA, seperti balas dengan melakukan yang sama, dll., karena semuanya tidak akan menyelesaikan permasalahan tetapi menuai kehancuran bagi kehidupan kita sendiri, tetaplah untuk menjaga diri ‘iffah’ di posisi manapun kita berada; (4) Memperbanyak shaum sunnah, karena dengan shaum sunnah, bersihlah hati dan fikiran kita, sehingga keputusan apapun yang ada di hadapan kita, kita akan lebih ikhlas menerimanya, karena di posisi manapun peran kita sebagai ibu harus tetap tegak, ibu harus tetap kuat, karena harus senantiasa mendampingi dan membimbing putera/puteri kita untuk menjadi penerus pilar pilar kehidupan yang mashlahat di muka bumi ini, dan (5) Memperbanyak berdzikir kepada ALLAH, karena sesungguhnya ‘Alaa Inna BidzikrILLAHi Tathma’innul Quluub’ hanya dengan banyak mengingat ALLAH lah hati kita akan merasa tentram,
Panjaang sekali, ya… Semoga bisa mengurangi gundah yang ada…
Dari teman sejatimu
Nur
(1st launched @wordpress.com dated June 5, 2012)
(1st launched @wordpress.com dated June 5, 2012)
No comments:
Post a Comment